Jumat, 28 November 2014

Manusia dan Penderitaan

A. LATAR BELAKANG

Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah  baik yang menyusahkan atau yang menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses dalam menghadapi kesenjangan seringkali dihadapkan pada lika-liku kehidupan yang sering dianggap sebagai suatu penderitaan. 

Susah maupun senang merupakan dua agenda yang silih berganti tejadi dalam kehidupan manusia. Habis susah ada senang dan habis senang ada susah. Manusia selalu untuk berusaha menjadi lebih baik. Manusia perlu menjalani proses di dunia ini untuk mencari bekal untuk akherat dengan menjalani suka duka yang ada di dunia.

Manusia juga dituntut untuk keimanan Terhadap Tuhannya baik duka maupun duka untuk semakin mendekatkan diri. Manusia sepatutnya bukan mengeluh dan meratapi penderitaan. Namun harus bangkit mengolah penderitaan menjadi sesuatu yang bernilai lebih berharga. Dan terus belajar menelusuri kehidupan karena ada  hikmah dibalik penderitaan.

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau berat.Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki caranya sendiri untuk mengukur sebarapa kuat iman kepadanya.Hidup di duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga Tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita.

Penderitaan selalu datang tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan yang ia anut. 

Banyak diantara manusia yang seolah-olah hanya ingin merasakan kebahagiaan tanpa penderitaan.Padahal karena penderitaan itulah ada kebahagiaan.Banyak diantara manusia mengeluh dan menyerah ketika datang penderitaan padahal tanpa disadaribahwa hal itu  akan menghambat manusia menuju kematangan hidup.

Percayalah bahwa setelah kesusahan akan datang kebahagiaan seperti yang difirmankan Allah SWT. Percayalah bahwa seberat-beratnya cobaaan penderitaan yang diberikan tuhan tidak akan melampaui batas kemampuan.

Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan lainnya tak dapat dipisahkan, merupakan rentetan sebab akibatnya.Karena siksaan, orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakit tak sembuh-sembuh ia merasa tersiksa hidupnya, dan penderitaanlah yang dialaminya.

 

B. PENGERTIAN PENDERITAAN

Penderitaan berasal dari kata dasar derita.Sementara itu kata derita merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata dhra yang memiliki arti menahan atau menanggun. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan menanggung sesuatu yang tidak meyenakan. Penderitaaan dapat muncul secara lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara lahiriah dapat timbul karena adanya intensitas komkosisi yang mengalami kekurangan atau berlebihan, seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan. Adapula kondisi alam yang ekstrem, seperti ketika terik matahari membuat kepanasan, atau saat kehujanan membuat kedinginan.

Ada pula penderitaan yang secara lahiriah seperti sakit hati karena dihina, sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian. Atau penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan.Sementara yang lahir-batin dapat muncul dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi yang lain atau dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan batiniah atau sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun tidak ada tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis. Ada pula karena putus asa tidak lulusujian menjadi tidak mau makan dan menimbulkan perut sakit.

Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan.Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.

Manusia tidak dapat mengatakan setiap situasi masalahnya sama, penderitaanya sama solusinyapun sama. Penderitaan bersifat universal dapat datang kepada siapapun tidak peduli kaya maupun miskin, tua maupun muda. Penderitaan dapat muncul kapanpun dan dimanapun. Semisal saat seminar di siang hari, suasana pengap, ada kipas anginpun masih kipas-kipas membayangkan ruang ber AC, dan pulang tidur merentangkan badan di kasur empuk. Atau makan buah segar dan minum air dingin. Namun pasien rumah sakit di ruang VIP, tidur di kasur empuk ruang ber-AC, banyak buah segar dan air segar di kulkas, merasa tidak betah dan ingin cepat pulang. Ada lagi orang yang tidak mempunyai uang merasa menderita tidak dapat wisata saat liburan, namun ada pula orang yang berpergian membawa uang banyak tanpa bekal hendak liburan ternyata mobil mogok di daerah yang jauh dari permukiman, dan saat makan siang tiba, rasa lapar mulai muncur, ternyata uang tidak dapat menolong dari penderitaan karena tidak ada barang yang bisa di beli, terlebih muncul rasa gengsi atau keegoisan penumpang lain menambah penderitaan.

Penderitaan merupakan realita kehidupan manusia di dunia yang tidak dapat dielakan. Orang yang bahagia juga harus siap menghadapi tantangan hidup bila tidak yang muncul penderitaan. Dan orang yang menghadapi cobaan yang bertubi-tubi harus berpengharapan baik akan mendapatkan kebahagian. Karena penderitaan dapat menjadi energi untuk bangkit berjuang mendapatkan kebahagian yang lalu maupun yang akandatang.

Akibat penderitaan yang bermacam-macam manusia dapat mengambil hikmah dari suatu penderitaan yang dialami namun adapula akibat penderitaan menyebabkan kegelapan dalam kehidupan.

Sehingga penderitaan merupakan hal yang bermanfaat apabila manusia dapat mengambil hikmah dari penderitaan yang dialami. Adapun orang yang berlarut-larut dalam penderitaan adalah orang yang rugi karena tidak melapaskan diri dari penderitaan dan tidak mengambil hikmak dan pelajaran yang didapat dari penderitaan yang dialami.

Penderitaan juga dapat "menular" dari seseorang kepada orang lain. Misal empati dari sanak-saudara untuk membantu melepaskan penderitaan. Atau sekedar simpati dari orang lain untuk mengambil pelajaran dan perenungan.

 

B-1 CONTOH PENDERITAAN

Contoh penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut.Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya iamenemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.

Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.

Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.

Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan iabelajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar. Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.

Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
      Dalam riwayat hidup Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat adanya penderitbn. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan dengan cara megembara di hutan yang penuh penderitaan.

Riwayat tokoh tokoh besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaany hebat pada masa kecil, hingga iahanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.

Di bawah ini adalah beberapa contoh penderitaan yang mungkin sering kita lihat di lingkungan kita:

1. Pemutusan hak kerja  : Bagi orang yang sudah berkeluarga mungkin penderitaan ini yang paling di takutkan apalagi bagi seorang ayah yang mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya,hal ini akan berdampak buruk tidak hanya bagi sang ayah namun juga bagi keluarganya

2. Kehilangan orang tua : Hubungan kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan cara selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.

3. Kemiskinan :  Dalam hal ini mungkin semua orang menderita mengalami kemiskinan.namun miskin disini bukan miskin melarat melainkan hidup pas-pasan.bagi sebagaian orang hidup seperti itu tidak enak namun bagi orang lain mungkin hidup seperti itu lebih baik dari pada berlimpah harta namun anggota keluarga tidak bahagia,semua di atur oleh uang,sibuk dengan tugas masing”,tidak ada komunikasi.hal itu di buktikan dengan adanya kata-kata ” makan ga makan yang penting kumpul”.

4. Bencana   :  Tidak ada yang dapat menghindari sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT. Bencana yang datang dapat menghilangkan sebagian ataupun  seluruh harta benda yang ada, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma yang diakibatkan oleh bencana juga sulit untuk dipulihkan. Hal ini membutuhkan banyak waktu untuk seseorang kembali bangkit dan hidup normal dengan membangun kehidupannya seperti sedia kala.

 

B-2 SUMBER PENDERITAAN

1. Hakikat Manusia

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling berhubungan dan mempengaruhi antar unsure-unsur jasmani, dan rohani,dan  karena itu penderitaan dapat pula terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani.

Jasmani disebut juga sebagai tubuh, badan, badan wadaq, jasad, materi, wadah atau unsur konkrit dari pada pribadi. Jasmani merupakan unsur yang hidup pada pribadi manusia. Di dalam jasmani manusia ada dua unsur-unsur yang selalu berhubungan,yaitu otak dan panca indera. Didalam otak ada berbagai pusat kemampuan manusia. Panca indera merupakan alat atau jendela atau pintu tubuh manusia sehingga manusia mampu menerima atau menangkap segala sesuatu yang berada di lingkungannya.

Rohani sering disebut dengan istilah lain seperti misalnya jiwa, badan halus, dan pikiran merupakan unsur yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Dalam kehidupan sehari-hari rohani menjiwai, mendasari, dan memimpin unsur-unsur pribadi manusia. Rohani memiliki alat dan kemampuan.

Alat dan kemampuan itu adalah:

a.   Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan, termasuk pula insting, sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu jelas.

b.  Perasaan merupakan gejala psikis, Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia.Kalau seseorang merasa cinta, benci dan sebagainya perasaan cinta atau benci ini tinggal di dalam batin manusia. Perasaan timbul didalam batin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya. Adanya raangsangan dari lingkungan menimbulkan reaksi,dalam kaitan ini adalah reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan kehendak pribadi dan akan melahirkan rasa puas,senang, dan sikap positif, tetapi dapat pula terjadi reaksi emosional ini tidak sesuai dengan kehendak pribadi sehingga akibat yang timbul adalah rasa tidak senang, marah,dan sikap negatif.

c.   Pikiran disebut juga akal,budi. Dimilikinya pikiran ini memungkinkan manusia mempertimbangkannya, membedakan,dan mengambil keputusan berdasarkan  alasan-alasan tersendiri. Dimilikinya budi atau akal ini pula yang memungkinkan manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu.

d.  Kemauan disebut juga kehendak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia memungkinkan manusia memilih. Untuk memilih manusia harus tahu apa yang dipilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah dipertimbangkan oleh akal budi dan perasaan.

2. Dorongan Memenuhi Kebutuhan sebagai Sumber Penderitaan

Untuk mempertahankan keberadaan serta kehidupannya, manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik, psikis, maupun kebutuhan sosial. Di dalam usaha memenuhi kebutuhan ini nafsu memegang peranan penting. Nafsu atau dorongan ini cenderung untuk menuntut dipenuhinya kepuasan atau keinginan. Dalam usaha memenuhi dorongan atau nafsu ini manusia menggunakan daya kehendak dan akal budi serta perasaan yang dimilikinya untuk memilih dan mempertimbangkannya jalan dan materi yang merangsang manusia untuk direalisasi dalam bentuk perbuatan.
       Dalam rangka pemenuhan kebutuhan ini mungkin saja terjadi bahwa tujuan, ialah sesuatu yang dibutuhkan dan yang diingini, dapat tercapai sesuatu dengan yang dibutuhkan dan yang dikehendaki. Tetapi mungkin pula sesuatu yang diinginkan itu tidak tercapai.Jika tujuan yang diingini tercapai maka yang didapat atau dirasakan adalah kepuasan,kegembiraan,ataukesenangan.Jika sebaliknya yang terjadi,maka yang didapat adalah penyesalan,kesedihan, atau penderitaan. Bagaimana kualitas perasaan yang timbul akibat upaya pencapaian tujuan ini, kiranya akan mengikuti skala pencapaian tujuannya.Makin dekat dengan tujuan yang dicapai,makin dalam perasaan kegembiraan yang dirasakan. Makin jauh dari tujuan yang diinginkan maka yang didapat juga makin tipis rasa kegembiraannya, bahkan makin dekat dengan perasaan yang sedih,menyesal, merasa gagal,malu dan sebagainya. 

 

Apabila kita kelompokan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :

1. Penderitaan yang muncul karena perbuatan buruk manusia

Menurut pandangan saya, penderitaan ini muncul disebabkan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan antar sesama manusia ataupun dengan alam. Penderitaan ini dapat muncul karena ketidakharmonisan antara elemen satu dengan yang lainnya. contoh pada hubungan dalam bermasyarakat, ada kalanya di dalam bermasyarakat terdapat perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perselisihan diantara satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa saja mengakibatkan timbulnya rasa dengki, marah, bahkan saling menuduh atau menjelek-jelekan. Dari sinilah penderitaan muncul karena perbuatan saling tidak menyukai tersebut. Dalam hal ini, penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara batin karena terdapat rasa sakit hati apabila ada seseorang yang menjelek-jelekan bahkan rasa itu bisa saja semakin sakit apabila sudah terjadi pertengkaran yang membuat hubungan didalam masyarakat sudah tidak ada rasa nyaman dan aman.

Selain karena ketidak harmonisan dengan sesama, ketidak harmonisan dengan alam juga dapat membawa penderitaan. contohnya apa yang sedang terjadi saat ini yaitu bencana alam terjadi dimana-mana. karenakesalahan manusia terhadap alam lah yang membuat alam menjadi tidak bersahabat lagi dengan manusia maka muncul lah penderitaan pada setiap orang yang terkena bencana alam. penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara fisik dan batin, karena mereka yang terkena bencana alam harus rela kehilangan harta benda bahkan keluarga mereka.

2. Penderitaan yang muncul karena suatu penyakit/siksaan

Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini : Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Iadisekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun iatidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di universitas dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas di Kairo, Mesir.

 

 

 

C.  PENGERTIAN SIKSAAN 

  Berbicara tentang kesiksaan, maka terbayang pada neraka dan dosa, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Ankabut, ayat 40 yang menyatakan :

“Masing-masing bangsa itu Kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya Kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan kedalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang Kami tengelamkam seperti kaum Nuh, dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jugalah yang menganiaya dirinya sendiri, karena dosa-dosanya”.

       Dalam Al-Qur’an surat-surat lain banyak berisi jenis dan ancaman siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, makan riba, dengki, memfitnah, mencuri, maakn harta anak yatim, dan sebagainya.

       Berbicara tentang siksaan terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan. Siksaan dapat berupa, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain dan sebagainya. Siksaan manusia ini ternyata juga menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan baik langsung atau tak langsung.

       Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan kita akan dapat mengambil hikmanya. Karena itu kita dapat menilai arti manusia, harga diri, jujur, sabar, dan takwa, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal prikemanusiaan dan sebagainya.     

        Dari bukunya Drs. Supartono ‘Ilmu Budaya Dasar”, menjelaskan bahwa penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, siksaan biasa dirasakan pada badan atau jasmani, dan juga dapaat berupa siksaan jiwa atau rohani, antara lain:

1.  Kebimbangan pasti akan dialami ketika seseorang yang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting, yang ia tidak dapat menentukan pilihannya. 

2.  Kesepian juga dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya halini akan terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan yang ramai.

3. Ketakutan  (fobia) merupakan suatu kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal tertentu.

4Kekalutan Mental

Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan atau mental. Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang mengatasi persoalan hidup yang harus dijalaninya, sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.

 

Sebab –sebab timbulnya kekalutan mental yaitu:

1. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, (orang-orang melankolis)

2. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.

3. Pemahaman yang salah sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting) dan juga sebaliknya terlalu rendah diri (underacting).

 

Akibat dari kekalutan social antara lain :

1.  Positif,  bila trauma (luka jiwa) yang dialami  seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta  yaitu  Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.

2. Negatif,  bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Semisal :

3.  Agresi yaitu Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali  dan cenderung melakukan tindakan sadis yang dapat mambahayakan orang lain.

4.  Regresi yaitu Pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan.

5.  Fiksasi yaitu Pembatasan pada satu pola yang sama

6.  Proyeksi yaitu Melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.

7.  Indentifikasi yaitu Menyamakan diri dengan sesorang yang sukses dalam imajinasi.

8.  Narsisme self love yaitu Merasa dirinya lebih dari orang lain.

9.  Autisme yaitu Menutup diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri.

 

D.  PENGERTIAN RASA SAKIT

   Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Rasa sakit akibat penderitaan penyakit atau sakit. Sakit perut akibatnya terasa sakit perutnya,sakitgigi akibatnya terasa nyeri (sakit). Sakit hati akibatnya hatinya terasa sakit. Sakit cinta akibatnya hati selalu dirundung rasa ingin ketemu orang yang dicintainya,dansebagainya.

         Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Menderita sakit tak dapat direncanakan, kalau datang-datang juga,sedangkanmanusia hanya dapat berikhtiar menyembuhkan atau sekurang-kurangnya mengurangi rasa sakit itu.

     Rasa sakit atau sakit dalam pengalaman hidup sehari- hari ada tiga macam : sakit hati, sakit syaraf atau sakit jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati bermacam-macam pula jenis dan sifatnya. Sakit hati dpat menyebabkan orang berfikir terus, yang akibatnya dapat menjadikan penderita sakit fisik, misalnya karena gosip/celoteh orang mengenai dirinya, yang berupa ejekan atau sindiran.

     Rasa sakit banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita, dapat membuka rasa prihatin manusia,rasa sosial, dermawan dan sebagainya.

     Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apakah ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha sungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.

 

E. UPAYA MENGHINDARKAN DIRI DARI PENDERITAAN

Cara-cara untuk menghindarkan diri dari Penderitaan yang berakibat frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Seseorang harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
2. Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada suatu saat akanmengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan (futuristis).
3. Berani mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akanmembuat dirinya menjadi puas.
4. Berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan suatu masalah, misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga memberikan nasihat yang dibutuhkan.

 

F. KESIMPULAN

Pada hakekatnya penderitaan dan manusia itu berdampingan bahkan penderitaan itu selalu ada pada setiap manusia karena penderitaan merupakan rangkaian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan. Penderitaan itu dapat teratasi tergantung  bagaimana seseorang menyikapi penderitaan tersebut. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari penderitaan. Tidak semua penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk bagi orang yang mengalaminya.Melainkan dengan penderitaan kita dapat mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat atau sebagai media untuk menginstropeksi diri. Karena penderitaan tidak akan muncul jika tidak ada penyebabnya. Agar manusia tidak mengalami penderitaan yang berat untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap dan perilaku baik kepada sesama manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kita menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan tentram tidak ada gangguan dari siapapun. Selain itu kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatNya. Hanya Tuhan lah yang menentukan kehidupan manusia, yang mampu menciptakan keajaiban diluar pikiran manusia. Manusia hendaknya selalu “mawas diri” atau melakukan intropeksi. Artinya bahwa manusia hendaknya selalu mengukur kekuatan diri sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

        

 

Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/8334037/ILMU_BUDAYA_DASAR_MANUSIA_DAN_PENDERITAAN

http://danangpiero.blogspot.com/2011/12/manusia-dan-penderitaan-ilmu-sosial-dan.html

http://ilmubudayadasarardhi.blogspot.com/2012/11/manusia-dan-penderitaan.html

http://eresha97.blogspot.com/2013/11/tugas-2-ilmu-budaya-dasar-tentang.html

 

 

Sabtu, 22 November 2014

SURAT UNTUK CALON MENANTU


Duhai gadis, yg baru ku kenal.


Tahukah kau, dia putraku, lahir dari rahim suciku, kupertaruhkan hidupku untuk memilikinya, anak kesayanganku yang sepanjang hidupnya ku besarkan dengan segenap rasa cintaku..



Tangan renta ini yang mengangkat tubuh mungilnya, menyuapinya, menyeka air matanya, dan memeluknya dalam dekapanku..



Duhai gadis, tahukah kau betapa besar rasa cintaku padanya? Bahkan aku tak mampu membayangkan bila ada yang merebutnya dari dekapku..



Tahukah kau gadis? Betapa bangga ku rasakan ketika dia mulai beranjak dewasa? Menatapnya tumbuh mejadi laki-laki tegap dan tampan.. 

Seulas senyumnya mengingatkanku pada senyuman ayahnya yang sangat ku cinta..



Betapa hati ini terus diliputi rasa bangga dan buncahan cinta padanya.. Kebangganku.. Putraku..



Berbagai prestasi dia ukir dan memahatnya bangga tak terperi dalam lubang rasaku.. 
Dan ku slalu merasa puas menyebutnya putraku..


Tak sedikitpun dia pernah mengecewakanku.. 
Tak pernah..



Gadis, tahukah kau, betapa haru hatiku, ketika ku melihat perubahannya, mencoba mengenal Diennya lebih dalam dari yang kami ajarkan padanya.. Dia menjadi laki-laki sejati, laki-laki yang dirindukan syurga.. Aku semakin sayang padanya. 

Putraku, kini yg malah mengajarkanku banyak hal.. Mendekatkanku padaNya, pada Rabbku yg slama ini ku kenal dengan sederhana kerana kebodohanku. 

Tapi ku tak malu, mamun sebaliknya, aku smakin bangga padanya.. 
Putraku, cahayaku..


Namun, semua rasa itu berubah mejadi takut, cemas dan khawatir..


Ketika dia menyampaikan padaku keinginannya. 
Dia ingin menyempurnakan agamanya..

Yah.. Dia ingin membangun rumah tangganya sendiri..

Dan, dia telah memilih, kaulah gadis beruntung itu..



Gadis, tahukah kau? Betapa cemburuku padamu? Yah, aku sangat takut kehilangan putra kesayanganku. Takut kau merebut semua perhatiannya dariku. Takut keberadaanmu, memalingkannya dariku.. 
Kau akan merebutnya, dan aku cemburu..

Namun, kembali ku sadari, putraku tak akan memilih wanita sembarang.. Ku yakin kau punya kelebihan yg membuatnya memilihmu, dan ku mulai menata hatiku..



Duhai gadis pilihan putraku..

Ku harap kau memiliki tangan yang lebih lembut dariku, karena ku tak mau kau melukai putraku..


Ku harap kau mempunyai senyum yg lebih sejuk dariku.. 
Karena kelak, dia akan datang padamu dalam tiap galaunya, untuk mencari ketenangan..


Ku harap, kau memiliki pelukan yg lebih hangat dariku.. Kerana ku ingin hatinya selalu damai dalam dekapanmu..
Ku harap, kau mempunyai tutur kata yang seindah embun, karena ku tak ingin dia mendengar kata-kata kasar dalam hidupnya..



Duhai gadis pilihan putraku.. Jadilah anakku.. 
Agar tak pernah ku merasa kehilangan putraku karena kehadiranmu..


Jadilah sahabatku.. 
Agar kau dapat mencurahkannya rasamu padakku kelak..


Jadilah rekanku.. 
Agar bersama-sama kita membahagiakan laki-laki yang sama-sama kita cintai..



Untukmu gadis pilihan putraku.. 
Selamat datang di istana kami.. Penuhilah dengan cinta dan kasih.. Semoga kau bahagia menjadi bagian dari kami..



Padamu gadis pilihan putraku.. Akupun akan mencintaimu..

Posting by -kuelumpur via tumblr
Gak kebayang rasanya nanti kalo dapat surat ini dari calon mertua. 

Hujan

Aku selalu suka menunggu hujan. 
Entah hanya rintik, gerimis, atau bahkan hujan lebat. 
Walau kutahu hujan tak pernah sendiri ketika datang. 
Ada angin kencang bahkan petir yang bersahutan.
 Tapi aku selalu suka ketika hujan datang. 
 Membawa aroma yang tak lantas aku lupakan. 
Berjatuhan di atas tanah, menari sebentar kemudian lenyap terserap.
 Diam mengendap, menunggu kembali menguap. 
Terbawa angin dan terbentuklah awan.
 Mengumpul, menghitam.
 Kembali jatuh, menjadi hujan. Karna hujan juga dapat menahan mu kala itu. Hujan selalu membawa kisahnya sendiri. 

Senandung Hujan


Sebagian orang akan merutuki hujan. Cuaca dingin menusuk tulang kata mereka. Padahal cangkir-cangkir teh hangat akan mencetus pembicaraan diatas meja makan.

Sebagian orang memilih menyalahkan hujan. Atap bocor, air merembes tidak nyaman kata mereka. Padahal banyak ayah uang terburu-buru pulang untuk membenarkan atap yang bocor, bersiasat mengatasi rembesan air, rasa saling membutuhkan dalam keluarga itu tumbuh lagi.

Sebagian orang tidak menyukai hujan. Anak-anak mereka menjadi sakit. Padahal hujan menyatukan keluarga, para ibu yang terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor akan mengabaikan rutinitasnya, memeluk anak-anak yang demam, mengawasi mereka hingga penyakitnya mereda dan tertidur lelap, sesuatu yang mungkin terlewati bertahun-tahun lamanya.

Sebagian orang mengeluh soal hujan. Jalanan banjir, macet tak terelakkan. Padahal ternyata hujan membuat mereka saling berbicara di dalam mobil tatkala macet. Hujan memberikan rejeki pada para pembersih gorong-gorong atau penjual jasa angkut sepeda motor di gerobak atau anak-anak kecil riang berenang karena selama hidup tak ada biaya membayar tiket kolam renang.

Sebagian orang marah karena hujan. Khawatir basah dan menghambat mobilitas. Padahal banyak suami-istri yang akhirnya tertahan di rumah, menjalin kemesraan setelah bertahun-tahun lupa bagaimana memadu kasih karena sibuk mengejar target hidup dan membesarkan anak-anak.

Hujan tidak pernah salah, ia menghangatkan hati yang berpeluh lara, tanpa disadari.

Pelangi


"Ketika hujan reda, aku datang membawa segenggam pelangi. Pelangi yang kucuri dari awan dan matahari. Kemudian aku berlari, terus berlari dengan kecepatan tinggi untuk segera memberikannya padamu"

Jumat, 14 November 2014

Fenomena Budaya Tawuran dan Cabe-Cabean



A.   LATAR BELAKANG
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.Fenomena kenakalan remaja, seperti membolos, tawuran, cabe-cabean, pencurian, seks bebas, narkoba, merupakan suatu penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja sehingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain.
Menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.

B.   FENOMENA BUDAYA TAWURAN
Tawuran menjadi berita yang sering muncul. Tawuran antarmahasiswa atau tawuran antarkampung sering diekspose. Mahasiswa yang dikatakan makhluk intelek pun masih saja menggunakan jalan kekerasan ini sebagai solusi pertamanya. Sebuah pandangan dari Ilmu Sosiologi mengatakan bahwa tawuran kerap terjadi antarkelompok sosial dalam masyarakat. Biasanya pemicunya dari gesekan-gesekan antarindividu yang berkembang menjadi konflik kelompok. Karena adanya rasa saling memiliki dan rasa kesadaran sebagai bagian dari kelompoknya maka individu-individu yang tergabung dalam kelompok tersebut rela mengorbankan diri demi nama baik kelompoknya. Lihatlah bagaimana puluhan remaja rela berdarah-darah demi menjaga nama baik kampungnya. Atau beberapa mahasiswa rela terkena parang demi nama baik fakultasnya. Bukankah ini termasuk dalam teori ini.
Menurut para ahli, kebudayaan tawuran di kalangan masyarakat Indonesia dikarenakan oleh kondisi masyarakat seperti ini masih menganut sebuah solidaritas mekanik. Di mana rasa kesolidaritasan mereka sangat tinggi sekali dalam masalah kekeluargaan. Mereka akan menjaga satu sama lain serta saling memberi bila ada yang membutuhkan. Sayangnya solidaritas ini sangat rentan bila tereduksi dengan sebuah konflik. Karena tanpa klarifikasi yang jelas, seorang anggota kelompok tadi bisa mengangkat senjata demi nama baik kelompok. Mereka tidak akan mengklarifikasi dari mana masalah bermula. Ciri-ciri inilah yang terlihat pada masyarakat semi-desa (rural community) yang kondisi tatanan sosial masyarakatnya masih didominasi para generasi tua, pembagian kerja sangat tidak tegas, mengandalkan kolektivitas serta sangat erat dalam ikatan adat, dan solidaritas religius.
Tawuran merupakan masalah sosial yang ada di masyarakat baik itu diperkotaan atau di pedesaan sekalipun. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari tawuran tersebut seperti banyak terjadi kerusakan, rasa tidak aman, kematian dan sebagainya. Namun tetap saja banyak pelaku tawuran yang seakan tidak peduli bahkan merasa bahwa tawuran merupakan jalan keluar untuk mengatasi setiap masalah. Tawuran juga bisa dikatakan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam melakukan transmisi budaya juga dapat menyebabkan permasalahan sosial. Cohen dalam bukunya “Delinquent Boys : The Culture of the Gang” (1955) memaparkan hasil penelitiannya. Ia memperlihatkan bahwa anak-anak kelas pekerja mungkin mengalami “anomie” di sekolah lapisan menengah sehingga mereka membentuk budaya yang anti nilai-nilai menengah. Melalui asosiasi diferensial, mereka meneruskan seperangkat norma yang dibutuhkan melawan norma-norma yang sah pada saat mempertahankan status dalam ‘gang’nya
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal tawuran. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat tawuran :
1.    Faktor internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2.    Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau melakukan kekerasan yang sama. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, banyak anak akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Sehingga peran besar keluarga dituntut untuk memberikan contoh yang baik agar anak-anak tidak mencari perilaku menyimpang seperti tawuran pelajar.
3.    Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya. Bagi Durkheim, sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Emile Durkheim, Leducation Morale ( Paris : Libraire Felix Alean, 1925), hal. 68. Untuk itu dibutuhkan sekali keselarasan antara harapan masyarakat dengan system pengajaran. Sekolah untuk lingkungan masyarakat militer harus berbeda dengan cara pengajaran di sekolah yang memperuntukkan anak didiknya untuk dunia industry. Namun, disamping itu semua hal yang paling penting dalam mengajar adalah menumbuhkan motivasi diri (self motivation) untuk belajar. Dengan ada keinginan sendiri untuk belajar bagi para siswa maka mereka akan bisa lebih fokus terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
4.    Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Lingkungan yang tidak menerima eksistensi para remaja juga menjadi slah satu faktor pemicu seorang pelajar atau remaja melakukan perbuatan-perbuatan anarki. Padahal pada usia remaja tersebut remaja dalam taraf pencarian jati diri, dan dibutuhkan sekali dukungan dan partisipasi warga masyarakat dilingkungan sekitar mereka berada. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya mengadakan wadah organisasi pemuda, memberikan apresiasi terhadap remaja yang berprestasi, melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan kemsyarakatan sampai dengan memberikan tanggung jawab yang lebih untuk menjadi panitia sebuah kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mungkin bisa diharapkan untuk meminimalisasi remaja untuk mencari kegiatan-kegiatan negatif di luar lingkungan mereka atau dengan kata lain untuk meminimalisasi tawuran.

C.   FENOMENA CABE-CABEAN

Dalam beberapa waktu terakhir, istilah ‘cabe-cabean’ dan ‘terong-terongan’ sedang ramai dibicarakan. Fenomena seperti apa itu hingga menjadi buah bibir masyarakat saat ini? ‘Cabe-cabean’ dan ‘terong-terongan’ merupakan sebutan-sebutan yang biasa digunakan oleh anak gaul zaman sekarang untuk menyebut atau memberikan sebutan pada remaja putri maupun remaja putra yang senangnya keluyuran malam dan nongkrong di tempat-tempat biasa mereka nongkrong seperti di pinggiran jalan, di bawah jembatan, dan di banyak tempat lainnya, yang beberapa tempat di antaranya merupakan tempat gelap sehingga meresahkan karena digunakan sebagai tempat nongkrong. Bagaimana tidak meresahkan? Terkadang mereka nongkrong di jalan-jalan gelap yang sangat sepi.
Cabe-cabean maupun terong-terongan diidentikkan dengan remaja dengan gaya pakaian tertentu dan tingkah laku remaja yang tidak pantas atau tidak baik, khususnya untuk anak-anak seusia mereka yang umumnya berkisaran SMA dan SMP bahkan SD. Seperti apa? Sedikit gambarannya seperti; ketika yang perempuan dengan usia mereka yang masih tergolong anak-anak menggunakan baju you can see dengan dipadu-padankan dengan celana pendek hot pants di tempat-tempat nongkrong dengan berpasang-pasangan dengan anak laki-laki seusia mereka, apalagi di waktu malam bahkan larut malam. Dan itu hanya satu dari sekian bentuk dari ciri-cirinya, sedangkan terong-terongan tertuju pada remaja laki-laki yang tergolong alay atau jamet dalam gaya berpakaian dan tingkah lakunya.
Istilah "cabe-cabean" ramai diberitakan belakangan ini. Bagi orang awam, istilah ini digunakan untuk menggambarkan gadis di bawah umur yang mulai merintis bisnis prostitusi. Awalnya, "cabe-cabean" adalah sebutan untuk perempuan ABG yang menjadi bahan taruhan di arena balap liar. "Cabe" balapan yang sudah sering berhubungan seksual memilih untuk menjual dirinya. Saat ini, ada tiga jenis "cabe", yakni "cabe ijo", "cabe merah", dan "cabe oranye". "Cabe ijo" yang memiliki kelas tertinggi dari kelas "cabe-cabean" itu merupakan gadis di bawah umur yang berusia sekitar 14-17 tahun. Tak sedikit dari mereka yang merupakan siswa sekolah menengah atas (SMA), bahkan beberapa ada yang masih berada di sekolah menengah pertama. Mereka memiliki gaya busana yang modis dan trendi, tetapi tidak menonjol.Berbeda dengan "cabe-cabean" lainnya, "cabe ijo" hanya dapat dijumpai di beberapa pusat perbelanjaan kelas atas ataupun lokasi-lokasi gaul di bilangan Jakarta.
Kebanyakan mereka ditemui secara berkelompok dan hanya memilih pelanggan yang sudah dikenalnya lewat media sosial, seperti Twitter dan Facebook."Cabe ijo" juga aktif di media sosial. Mereka kerap memasang foto-foto dengan pose tertentu dan informasi tarif di akun media sosial mereka. Mereka bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) untuk memenuhi kebutuhan tersier seperti membeli pakaian, telepon genggam, sehingga tidak mudah bagi pelanggan untuk menyewa jasanya karena harus melalui tahapan pendekatan. Pendekatan, di antaranya, bisa berupa mem-follow akun Twitter-nya, kerap me-retweet atau rajin memberikan komentar.
Sementara itu, "cabe merah" adalah PSK yang berusia 16-19 tahun. "Cabe merah" sedikit lebih menonjol karena berani mengenakan pakaian mini dan menonjolkan lekuk tubuh. Mereka pun kerap menghabiskan waktu di minimarket ataupun klub-klub malam di Jakarta."Cabe merah" relatif lebih mudah dicari. Mereka biasanya beroperasi sesuai jam operasional klub, mulai pukul 22.00-03.00. Transaksinya juga jelas, tinggal ditanya, langsung jalan. Selanjutnya "cabe oranye". Tipe ini biasanya berkumpul di taman, arena parkir liar, ataupun pinggir jalan. Pada beberapa kesempatan, "cabe-cabean" ini menggunakan berbagai modus untuk menjaring pelanggan, mulai dari mengamen ataupun ikut para pebalap liar. "Cabe oranye" menjadikan ini sebagai profesi tetap.
Dari berbagai literatur, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dan anak menjadi alasan nomor satu munculnya fenomena ini, perhatian dan kasih sayang orang tua sangat diperlukan anak, orang tua memiliki peran yang besar terhadap keberhasilan dan lurusnya jalan sang anak, seperti kita ketahui orang tua merupakan madrasah atau sekolah pertama dan paling penting bagi anak.
Kedua orang tua juga lah yang menanamkan pondasi dalam pembangunan mental, rohani dan jasmani sehingga ketika madrasah atau sekolah pertama tidak mampu memberikan kontribusi yang positif dan rasa nyaman maka sang anak memilih keluar dari madrasah atau lingkungan orang tua dan mencari kenyamanan lain yang tidak pernah didapatkan dari orangtua.
Kesalahannya kemudian ketika anak keluar dari lingkungan orang tua, terjadi salah langkah, anak-anak kemudian masuk pada lingkungan negatif, berkumpul dengan teman-teman yang bernasib sama dan menciptakan situasi yang dianggap menyenangkan namun sebenarnya berefek negatif, maka muncullah sekumpulan cabe-cabean, kimcil dan berbagai istilah lain yang menjurus pada fenomena negatif yang dilakukan anak-anak.
Kemudian  selanjutnya faktor media, saat ini media televisi khususnya, banyak mempertontonkan atau bahkan mencontohkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik seperti cara berpakaian atau pun cinta-cintaan yang masih belum pantas untuk dialami oleh anak-anak.

D. USAHA MENGAHADAPI DAN MENGATASI

Banyak solusi yang ditawarkan oleh para ahli hingga para tokoh masyarakat untuk menanggulangi kenakalan remaja yang berupa tawuran pelajar atau cabe-cabean. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat digunakan sebagai salah satu cara meminimalisasi sebagai berikut :

1.      Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2.      Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.      Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.      Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.      Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Cara lain yang ditawarkan oleh Kartini Kartono memberikan beberapa cara untuk meminimalisasi yang terurai sebagai berikut:

1.      Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2.      Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
3.      Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja

Faktor lain, Kita harus cukup cerdas dalam menyaring acara-acara ataupun channel televisi di rumah, membagi jam yang aman untuk anak-anak khususnya menonton televisi merupakan salah satu langkah yang baik. Dalam pertelevisian Indonesia ada komisi penyiaran yang bertugas membatasi ataupun menyensor adegan-adegan yang tidak pantas dengan memberikan teguran bertahap atau menghentikan suatu program acara akan tetapi  rasanya tidak maksimal jika kita hanya mengandalkan itu saja, kita punya hak untuk menuntut atau menghentikan suatu acara atau program yang dianggap meresahkan secara langsung dengan memberikan teguran kepada pihak stasiun TV terkait ataupun dengan memanfaatkan jejaring sosial yang ada, mungkin akan sulit memang bila kita bergerak seorang diri, tapi dengan semakin berkembangnya media yang ada akan dapat membantu kita menggerakkan banyak orang dengan satu kepentingan yang sama.Tentu bukan hanya media televisi saja yang harus di waspadai, media sosial sekarang ini bisa menjadi ancaman utama bila dalam penggunaannya tidak secara bijak.
Orang tua wajib  memonitor aktivitas anaknya di jejaring sosial, jadi orang tua pun harus melek internet, rasanya tidak mungkin bila orang tua hanya mengawasi sepenuhnya kegiatan anaknya di depan komputer, hal tersebut tidak akan maksimal bila orang tua tidak ikut ambil bagian dalam aktivitas anaknya di dunia maya. Dan bagi  kita yang aktif dalam berbagai media seperti Twitter, Facebook dan lain sebagainya, harus memberikan contoh yang baik kepada followers maupun pertemanan di sosial media secara lebih bijak seperti dengan lebih banyak men-share- informasi-informasi bermanfaat, artikel mendidik ataupun status yang tidak mengandung unsur negatif, jangan segan-segan memblokir atau memberi pengaduan kepada Facebook terkait foto atau pun konten yang dianggap meresahkan.

E. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, dapat saya simpulkan bahwa masyarakat kita di Indonesia ini belumlah dewasa dalam cara berfikir dan watak keras di kalangan masyarakat masih sangat kental. Hal ini dapat dilihat dalam pemberitaan di media cetak maupun elektronik, dan kerugian yang disebabkan oleh perilaku yang sangat tidak terpuji ini adalah tidak bisa dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Kita sebagai masyarakat Indonesia dan sebagai remaja yang menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan serta rasa perdamaian. Kita seharusnya bersedih hati melihat masalah sosial  yang terjadi di negri kita ini.
Dari fenomena ini kita mengambil pelajaran, bahwa sangat penting mengembalikan anak ke rumahnya dengan perhatian dan kasih sayang orang tua, berhentilah mengumbar ego antar pasangan yang berujung pada keretakan keluarga, ciptakanlah rasa persahabatan dengan anak dan keluarga sehingga anak lebih nyaman berada di rumah bersama keluarga daripada keluyuran dan melakukan tindakan-tindakan yang negatif dan dapat merusak masa depannya.

DAFTAR PUSTAKA